Senin, 22 Juni 2009

cerita pagi


Episode pagi ini, waktu aku membuka mata serta merta sebuah rasa hinggap disana. K A N G E N. Pada kota kecil, kampung halaman bukan tempat dimana aku dilahirkan, tapi tempat dimana aku dibesarkan. Tumbuh dalam penataran keluarga besar yang mengedepankan kemandirian, kesabaran dan kebersamaan. Rasa itu menyergap mengaliri persendian, mengalir kemudian pada mata.
Kangen pada senda yang selalu membuncahkan rasa bahagia, canda yang hadir pada sisi kekanak-kanakan kami, meski kami tak pantas lagi disebut kanak-kanak. Kangen pada hal konyol yang acap kali kami lakukan meski kami tak mau dibilang tolol.
Pada barisan pagar hidup pohon dadah dan joko nantang aku menyelusup diantaranya. Pada kerukan tanah lembut aku menyembunyikan satu-dua batang duri pohon salak. Bukan! bukan untuk menjebak tapi untuk menebak pada tanah yang mana duri itu tersembunyi.
Panggilan sore yang khas dari seorang tua dengan sweater cokelat dan bagu khasnya. Sapu lidi, sekaleng susu beras di kedua tangannya. Nafas yang setengah-setengah memanggilku. Yach... tugasku di sore hari mengumpulkan pasukan kecil yang berciap bimbang di selokan. Sementara sang induk hanya beraksi seperti seterikaan, bolak balik kebingungan. Hahaha... Pernah aku kesal dan bosan dengan tugas ini, sampai kutangkap keras si kecil yang berciap-ciap ketakutan dengan sapu lidiku. Huuup!! Pyaaak! dapat, aku dapat. Tapi aku membunuhnya. Dari sekian pelajaran, Jangan bertindak dengan emosi dan ambisi.
Suatu sore telah berganti, teras, duduk bersama di kursi, menikmati matahari, berbincang tentang apa yang terjadi hari ini "Acara minum teh" kami menggantikan acara mengumpulkan mahluk kecil berbulu yang berciap-ciap mencari induknya. Tapi ada sore-sore tertentu, yang aku lebih senang menikmatinya sendiri, dengan menatap senja dan secangkir teh hangat.


Baca Selengkapnya...

Kamis, 18 Juni 2009

Rindu


Rindu
untuk menggenggam jemarimu

Rindu
berdiri berdua
menatap senja bersama

itu saja
meski hanya itu saja

Rindu
pada sesuatu yang belum pernah
aku dan kamu mengalaminya

Baca Selengkapnya...

Senin, 08 Juni 2009

Orang Bijak Bertanya


Orang bijak bertanya “Awak lagi loro, kerjo kie nggolekke sopo” (badan sedang sakit, kerja untuk mencukupi siapa?) ya untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri lah, kalau diri sendiri sudah terpenuhi, baru mencukupi kebutuhan orang disekitar kita yang paling dekat, keluarga misalnya.
Namun ada kalanya orang lain tak mengerti (atau mungkin tidak mau mengerti ya) bahwa sebenarnya kita itu “kewalahan” mengatasi segala rutinitas dalam hidup kita. Mereka hanya tahu bahwa kita bekerja dalam keadaan yang enak, menyenangkan, dengan uang yang “menurut perhitungan mereka” lebih dari cukup.
Apalagi bila hal itu terjadi dalam sebuah lingkungan kecil (keluarga, red) dimana berpenduduk “lebih”, sementara “sumber penghasilan” hanya satu orang saja. Yang minta itu lho enak, yang dimintai yang enak gak enak. Terlepas dari itu semua, kalau “sumber keuangan” lingkungan kecil itu menjalaninya dengan hati yang ikhlas, Insya Allah semua akan terasa ringan.
Tetapi bukankah setiap orang memiliki irama hidup yang berbeda, termasuk “sumber keuangan” keluarga. Dimana dia juga membutuhkan “penyegaran”, dimana sesekali tubuh mereka memberikan peringatan kalau tubuh itu sudah over load. Kalau yang sesekali itu mendapatkan permakluman dari yang lain hmmm.....
Itulah sebabnya aku selalu ingat dengan nasehat orang bijak (sapa ya orang bijaknya?) kalau orang itu sawang sinawang dimana rumput tetangga lebih hijau dan subur daripada rumput dihalaman rumah kita sendiri. Kok jauh amat pembahasannya ya... (set mode on garuk-garuk kepala). Kalau aku sich... kerja buat diriku sendiri, (niatnya sich) tapi begitu liat charlie angels ku di Salatiga sana, rasanya pengen aku borong semua buat mereka hahahahahaha. Lup U my sister’s.


Baca Selengkapnya...

Sabtu, 30 Mei 2009

Setetes Harap


Ya Allah...
Sampaikan padanya bahwa aku tak pernah bermaksud untuk melukai hatinya,
aku tak bermaksud untuk membuatnya ingat pada sesuatu yang membuatnya ingat
pada sesuatu yang membuat dia sedih
Sampaikan padanya bahwa aku senang mendengar tawanya yang kadang hadir tanpa alasan

Ya Allah...
Sampaikan padanya bahwa jiwa yang menulis ini,
sebenarnya tak mampu membohongi dirinya sendiri
Bahkan kadang aku terlena dengan anganku tentangnya

Ya Allah....
Sampaikan padanya bahwa dalam lenaku,
aku merasa takut kepadaMu, takut tak mampu menjaga rasa sayang
yang Engkau karuniakan padaku

Ya Rahman...
Aku ingin mencintai dan merindukannya karenaMu dan atas ridhoMu

Ya Qudus...
Sampaikan padanya bahwa jiwa yang menulis ini mendambanya untuk hadir,
tak hanya dalam maya, tapi juga nyata
Hadirkan dia Ya Rabbul 'Izati... sebagai suami

Baca Selengkapnya...

Sabtu, 23 Mei 2009

J E D A


Lihatlah!
Malam yang sekarang tak mampu lagi memekatkan gelapnya. Bulan tak sanggup menggenapkan purnamanya. Bunga tanpa daya merebakkan wanginya. Embun, riuh kicau burung kutilang, teriakan ayam jantan, tak bisa menyempurnakan pagi-pagi kemarin.
Begitupun aku, lolos penaku dari genggaman untuk mencatatkan beberapa bait saja, tentang rasaku. Letih jemariku meneruskan isi hati. Jenuh pada hati yang menunggu jiwa-jiwa yang sejatinya telah terpaut sejak dulu. Sejak kita, aku dan kamu, mulai mengerti dan memahami di balik susunan kata-kata kita, ada hati yang bicara.
Barangkali kita memang terlalu tinggi untuk rasa yang seperti itu. Hingga untuk mengakui indahnya rembulan pun kita tak mau. Sampai kapan kita harus menepis rasa ini? Aku tak tahu pasti. Pun sebenarnya kita tahu, ada cinta (bahkan rasa itu lebih dari yang dinamakan cinta) yang sulit diterjemahkan, disingkap dengan kata-kata karena tak sanggup menampung kandungan isinya.
Aku ingin menatap wajahmu sekali saja dalam hidupku. Meski nantinya aku akan memungkiri kata-kata itu. Karena seringnya yang kita minta sekali, sekejap, sedetik, tapi ternyata itu tidak membuat dahaga kita terobati.
Baca Selengkapnya...

Sabtu, 09 Mei 2009

Nyata Dahsyatnya! (Apa Hayooo...??)

Terjadinya di sebuah toko besar dan terkenal yang menyediakan berbagai software Seorang perempuan setengah baya masuk ke toko tersebut. Ditemui seorang karyawati customer service yang melayani dengan sebentar-sebentar menoleh ke arah rekan kerjanya yang berceloteh dan bercanda. Perempuan itu tampak kecewa karena merasa kurang diperhatikan. Dan sewaktu ia menanyakan beberapa hal tentang software yang diinginkan, sang CS malah menertawakannya setelah terjadi sedikit perdeatan, karena perempuan itu dianggap kurang tepat mengucapkan nama software yang dicarinya. Belum selesai perempuan itu menentukan pilihannya, sang CS sudah meninggalkannya sambil senyam-senyum mendekati rekan kerjanya yang sedang melayani konsumen lain.

Perempuan itu tadi naik pitam dan berteriak, “Mbak, siapa nama Anda?” Didekatinya sang CS, dibacanya nama yang tertera pada kartu identitasnya. Kemudian bertanya lagi dengan nada keras, “Siapa nama manajer Anda, pemilik toko ini?” Kali ini sang CS tidak lagi senyum, apalagi tertawa. Seperti kena tenung, dia pun terdiam, mungkin bengong menghadapi konsumen yang satu ini. Tahukah pembaca apa yang terjadi? Esok harinya sang CS sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Dengan kata lain telah “dibinasakan” alias kena PHK. Kok huebat ya, “power” sang konsumen perempuan setengah baya itu? Siapakah sang “super woman” tadi? He he he… ternyata perempuan tadi orang tua atau ibu dari pak manajer alias sang owner. Sehingga bisa memaksa anaknya mendepak CS yang dinilainya kebangetan itu…

Banyak owner maupun manajer yang tak menyadari, betapa pentingnya mempersiapkan CS atau frontliner yang benar-benar siap melayani konsumen/customer. Atau mungkin sudah memberikan pembekalan dan pelatihan, tetapi lengah dalam hal memantau, mengontrol, mengawasi, sehingga “kebobolan” seperti kisah tadi. Perlu diketahui, hal-hal pokok yang benar-benar tak boleh lewat dari ingatan kita yaitu:

  1. Kesan pertama harus diciptakan, karena kesempatan kedua sulit didapatkan
  2. Konsumen adalah “raja”, konsumen segala-galanya bagi pengusaha
  3. Konsumen bisa salah, tetapi konsumen tak boleh disalahkan
  4. Konsumen yang puas akan menjadi kawan, tapi konsumen yang kecewa bagaikan api dalam sekam, akan menyebarluaskan kekecewaannya sampai ke ‘ujung bumi’
  5. Dibutuhkan upaya lima kali lebih besar untuk mendapatkan konsumen baru, daripada mempertahankan yang sudah ada
  6. Harus ditanamkan kepada setiap SDM khususnya frontliner, bahwa melayani tidak berarti turun harga diri. Sebaliknya, melayani itu indah, karena kerja adalah ibadah
  7. Jangan sekali-kali konsumen bertindak mendahului menyapa, memberi salam, menyampaikan masalah atau kebutuhannya. Kitalah yang harus mendahuluinya!
  8. Ingat, perhatian lebih utama dari pengetahuan. Orang tidak peduli seberapa banyak yang kita ketahui, tetapi seberapa jauh kita peduli
  9. Keluhan konsumen bukanlah hambatan atau ancaman, melainkan peluang bagi kita untuk menjadi lebih baik
  10. Sekarang bukan lagi zamannya untuk menciptakan kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana membuat pelanggan jadi terkesan.
Nah… begitulah kira-kira, bagaimana kita bisa menciptakan pelayanan dahsyat .


M. Magdalena Sukartono – LPSDM ABISATYA PARAMITA KR, 6-05-09
Baca Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

Sirsak (BBB) Bukan Buah Biasa



Sirsat, ada yang menyebutnya nangka sabrang, nangka buris, sirsak, juga ada yang menyebutnya nangka landa karena daging buahnya berwarna putih. Buah sirsat yang sudah matang terasa empuk jika ditekan, daging buahnya segar, manis dan sedikit asam. Dapat dimakan begitu saja, tapi lebih nikmat di jus dan diminum siang hari saat udara panas.
Dibalik kelezatan buah yang satu ini, ternyata terdapat zat-zat yang berkhasiat obat yang dapat mengatasi penyakit asam urat, ambeien, radang kandung kemih, diare dan bisul.

Asam urat Insya Allah dapat sembuh total bila mengkonsumsi jus buah sirsat, ditambah air matang, gula pasir dan madu secukupnya. Jus ini diminum dua kali sehari. Untuk mengatasi ambeien, minum satu gelas perasan buah sirsat setiap pagi dan sore. Sedangkan untuk mengobati penyakit kandung kemih, cukup mengkonsumsi kolak yang terbuat dari buah sirsat setengah matang ditambah gula dan garam secukupnya. Kolak sirsat dimakan setiap hari selama satu minggu berturut-turut.

Balita yang terserang diare cukup diatasi dengan memberi air perasan buah sirsat yang sudah masak sebanyak 2 – 3 sendok makan. Bila sulit buang air kecil (anyang-anyangen), buah sirsat setengah matang dikupas, ditambahkan gula pasir secukupnya, direbus dengan dua gelas air sampai mendidih, tiriskan, disaring dan minum airnya.
Selain buahnya, daun sirsat juga berkhasiat obat. Untuk sakit pinggang, sebanyak 20 lembar daun sirsat direbus dengan lima gelas air hingga tersisa tiga gelas. Saring dan minum rebusan tersebut dalam keadaan hangat cukup satu kali sehari.

Untuk mengatasi penyakit bisul, ambil daun sirsat muda beberapa lembar, tumbuk sampai halus, tambah setengah sendok makan air, aduk sampai rata, tempelkan pada bisul. Bila sudah mencoba mengobati dengan buah maupun daun sirsat untuk semua penyakit yang sudah disebutkan tadi, namun penyakit tetap berlanjut, ya hubungi dokter lah.
Baca Selengkapnya...

Rabu, 06 Mei 2009

Aku lupa pada matahari
Yang menaungiku dengan hangatnya

Aku lupa pada malam
Yang melindungiku dengan gelapnya

Yang aku ingat
Adalah sinar di teduhMu
Yang menerangi setiap tapak jemari kakiku

Adalah janji yang meyakinkanku
Bahwa KAU takkan lengah menjagaku

Aku rasa, inilah cinta
Yang selalu membuatku menitikkan air mata
Ketika sinar dan janji itu tercipta dalam ingatan

Inilah cinta, yang menggesek lirih nurani
Ketika jalan ini sampai pada kepasrahan

Baca Selengkapnya...

Ilmu Genetika Menyibak Soal Kebahagiaan

Perasaan bahagia, benarkah punya kaitan dengan genetika perilaku? Yang jelas, pakar genetika perilaku pernah melakukan perbandingan derajat kebahagiaan antara kembar satu telur dengan kembar dua telur. Hasilnya, perasaan bahagia pada kembar satu telur sangatlah mirip. Juga apabila mereka dibesarkan secara terpisah satu sama lain. Pada kembar dua telur, kemiripannya tidak begitu besar. Penyebabnya, pada kembar satu telur kode genetika mereka identik, sedangkan pada kembar dua telur kode genetiknya hanya 50 persen identik. Hasil penelitian ini membuktikan kebahagiaan terdapat komponen genetika.

Jika perasaan bahagia bisa dikaitkan dengan komponen genetika, kita perlu memahami persoalan genetika. Kita memahami genetika sebagai perilaku yang didasarkan atas keturunan. Penelitian yang pernah dilakukan pada anak kembar bisa dimanfaatkan untuk melacak kebenaran aksioma adanya genetika kebahagiaan itu. Pengetahuan mengenai kemampuan merasa bahagia ini separuhnya merupakan sifat turunan. Hal itu bisa disimpulkan dari penelitian orang kembar dari satu telur.

Seperti genetika yang dipengaruhi berat badan. Ibaratnya badan sudah di program secara genetika akan mencapai berat tertentu. Diet seketat apapun, akan tetap mengembalikan kita ke tingkat berat badan yang sudah di program oleh kode genetika. Demikian pula tingkat kebahagiaan. Kode genetika memprogram derajat rasa bahagia ini pada tingkat tertentu. Dengan itu dapat dijelaskan mengapa rasa bahagia memiliki rumah baru atau rasa kecewa karena tidak diterima pada saat melamar kerja tidak bersifat permanen. Para psikolog menyebut fenomena tersebut sebagai kincir hedonisme.

Ed Diener,pakar ilmu psikologi dari Universitas Illinois, menggambarkan fenomena temperamen seseorang yang memengaruhi rasa bahagianya. "Akan tetapi dengan cepat akan terbiasa jika terjadi sesuatu yang positif. Perasaan bahagia memang mudah meningkat, tapi gampang kembali ke tingkatan sebelumnya," tunjuknya. Jika terjadi peristiwa tragis, tingkat kebahagiaan akan menurun. Sedang beberapa waktu kemudian, kembali menaik. Artinya, adaptasi dan temperamen adalah dua hal penting.
Berdasarkan prinsip kincir hedonisme, manusia tidak bisa melewati derajat kebahagiaan tertentu. Seperti kincir, ia hanya berputar. "Penelitian kami menunjukkan, hal itu tidaklah tepat. Kincir hedonisme adalah model yang sudah ketinggalan zaman.

Manusia bisa merasa bahagia selama bertahun-tahun, atau juga merasa tidak bahagia," kata Ed Diener. Jadi biologi bukan nasib untung-untungan. Hal itu juga sesuai dengan model yang dikembangkan Sonja Lyubormisrky. Yakni sekitar 30 sampai 40 persen manusia perasaan bahagianya bisa dipengaruhi dan direkayasa. Persoalannya, bagaimana cara mempengaruhi dan merekayasa?
Di dunia ini terdapat orang-orang yang memiliki bakat gampang bahagia. Tidak perlu penelitian rumit selama bertahun-tahun untuk membuktikannya. Ada orang yang dengan ringan menikmati kehidupan dan jika menghadapi masalah besar juga tidak membuatnya putus asa. Para peneliti kebahagiaan mempertanyakan, apakah orang-orang semacam ini gampang bahagia karena pengaruh lingkungan yang juga bahagia di rumah orangtuanya? Atau memang terdapat genetika yang membuat orang-orang tertentu gampang bahagia?
Persoalan ini jadi menarik, ketika orang mulai menghubungkan rasa bahagia itu dengan soal genetika. Para peneliti stres dan para filsuf memiliki semacam kesamaan pandangan. Mereka memandang sesuatu, mula-mula dengan sikap skeptis.

Namun pakar ilmu saraf kenamaan dari Universitas Stanford di California, Robert Sapolsky, mengatakan hal itu merupakan anomali. Sapolsky memandang bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berbahagia. "Manusia memiliki otak besar dan dengan kemungkinan untuk memikirkan sesuatu yang tidak akan terhindarkan di masa depan" katanya.
Anggota keluarga atau kita sendiri suatu hari nanti akan mati. Sebetulnya konsekuensi logis dari pemikiranitu seharusnya sekitar 85 persen umat manusia akan mengalami depresi berat.

(Arwan Tuti Artha, dari berbagai sumber)
KR, 6 Mei 09
Baca Selengkapnya...

Minggu, 03 Mei 2009

Preman Kok Takut ma aku, OlaLa!

Flash back 247 hari yang lalu…
Terlepas dari segala rasa yang “gado-gado” di hatiku kemarin (sebenarnya sekarang juga masih). Ada satu kejadian yang setidaknya itu bisa membuatku tercenung sendiri, bahwa ternyata hari minggu tanggal 24 Agustus 2008 kemarin aku telah tersenyum “kembali”. Meski awalnya aku sempat husnudzon dengan yang bersangkutan. Memang niat dari awal aku hanya ingin membebaskan rasa sumpek, penat, gerah, sesek apalagi coba? Pokoknya rasa yang hiiiih... begitulah kira – kira.

Kuawali hari itu dengan mandi, kemudian menjemur cucian yang sengaja kurendam dengan pewangi semalaman. Sesuai rencana, pukul 06.00 WIB aku berangkat dari rumah. Tanpa sarapan (padahal aku paling gak bisa kalau gak sarapan) tapi karena “keadaan” dirumah yang hmmmm.... begitulah kira – kira. Tanpa pamit Bapak (karena beliau masih tidur), cukup mencium tangan ibu tanpa keluar kata – kata lain kecuali “bu..” lalu meminta tangannya.

Bisa dikatakan lancar perjalanan waktu itu, kecuali waktu aku naik jalur 4, kernetnya nyebelin. Tapi suaranya... ehem... tunggu dulu, suara itu tidak asing lagi ditelingaku. Tapi... huh! Tampangnya jutek, penampilannya membuat poinnya turun dimataku, sudah begitu cara dia melihatku dengan tatapan yang sinis. Kutukar lembar lima ribuan yang sobek sambil berdoa “Ya Allah... mudah – mudahan dia bukan orang yang kumaksud”.
“Taman Budaya... aku datang” kalau jalanan sepi, dan aku masih di kuncir dua sambil berkalung gembes sekiranya aku bakal berlari – lari menuju Taman Budaya, menubruk tumpukan buku – buku yang memang rasa – rasanya aku cinta mati. Sedikit kurang PD maka aku pun menemukan tempat teraman untuk menghilangkan kusam di wajah, apalagi kalau bukan toilet umum. Dengan Rp. 1.000,- aku sudah kembali rapi dan wangi (xixixixi... narsis).

Saudara – saudara, sepanjang Taman Budaya, Pasar Beringharjo, Jl. A. Yani, sampai pegal kepalaku tolah – toleh, aku tak menemukan counter HP, atau setidaknya spanduk yang berisikan promo kartu seluler. Ternyata kalau jalan – jalan dengan tujuan, itu malah membuat kakiku pegal – pegal, sekedar untuk mengisi perut, sebenarnya aku pengen beli sarapan uhmm... apa ya namanya, nasi liwet? Nasi urap? Tak taulah, yang jelas kelihatannya enak sekali. Cuma karena rasa maluku masih saja nempel, aku urung melakukannya. Sebagai gantinya aku membeli sekotak susu madu dan slai olai. Tidak mengenyangkan sich, tapi cukup membuat perutku eneg, karena walau bagaimanapun susu coklat itu jauh lebih nikmat. Alhamdulilah... akhirnya kutemukan juga sebuah warung rokok kecil yang menjual pulsa, meski harganya lebih mahal tapi kalau kepepet tetap saja jadi murah.

“SMS dikirim....” dan akhirnya dia sepakat untuk menyusulku ke sepanjang Jl. A. Yani tapi karena terlalu lama aku pun berkeliling menikmati pemandangan Pasar Beringharjo yang bikin aku “ngiler” dan merutuk dalam hati “coba aku punya uang banyak”. Karena batik – batiknya, baik yang berupa kain sampai yang sudah bisa dipakai langsung benar – benar jadi magnet buatku. Ups! Aku keasikan (gak ada uang aja keasikan, apalagi kalau ada ya). Hmmm... aku cari lagi tempat yang sekiranya pas buat bertemu, mudah dilihat dan banyak orang. Lalu kuputuskan untuk kembali lagi ke area Taman Budaya. 5 menit melangkah, HP ku meraung – raung minta diangkat.
***

Deg! Yang ingin kulakukan waktu itu hanya menangis, aku tak peduli saat itu posisiku berada di pasar, aku tak peduli kalau orang – orang melihatku dengan heran, iba atau apapun. Tapi sayangnya aku benar – benar sudah tidak bisa menangis waktu itu, hanya saja sakit sekali hatiku. Aku, seorang Nina baru kali ini janji ketemu dengan seseorang kemudian ditinggal pergi dengan alasan “diminta pulang oleh kakak” sebelum kami bertemu. Pada waktu itu posisinya juga yang bersangkutan sudah melihatku, sementara aku belum melihatnya sama sekali. Astagirullahaladzim.... hanya istighfar yang bisa kusebut. Karena aku seperti tersadar, betapa “rendah”nya aku menyesali sesuatu yang memang tidak pantas untuk disesali. Karena janji bertemu dengan seseorang gagal. Sementara niat awalku adalah untuk melepaskan penat di pikiranku.
Akhirnya aku putuskan untuk balik lagi ke kota tempatku tinggal (kelihatan sekali tidak sich, kalau niatku sepertinya hanya untuk menemui yang bersangkutan itu). Dengan sedikit “sakit hati” aku sms dia berisi bahwa aku meminta maaf karena telah menyita waktu dan “mengecewakannya”. Berbagai macam prasangka melingkar dalam kepalaku. Mungkin dia kabur karena melihatku dengan rupa yang tidak sesuai dengan bayangannya, aku terlihat terlalu alim barangkali (wekz! Masa’ see), terlalu kurus, terlalu hitam, terlalu... ah yang jelas dia lebih terlalu dari aku. Dia benar – benar pecundang (kasar ya, habis aku jengkel sekali).

Malamnya ketika aku sedang asik membaca koran, kubaca sms darinya. “Nin maaf, sebenarnya aku tadi aku malu ketemu sama kamu, krn mataku masih merah, semalam aku mabuk berat” “kalau kamu tidak berpakaian seperti itu mungkin aku langsung nyamperin kmu, krn semua kenalan cewekku berpakaian sexy n kurang bahan, tidak spt u”. wehehehhehe.... spontan aku cekikikan sendiri membaca sms darinya, rasa jengkel yang dari tadi pagi sejak aku tidak ditemuinya tiba – tiba menguap entah kemana. Ada preman kok malu ketemu aku, kok takut ketemu. Seharusnya hal ini berlaku kebalikannya. Aku yang takut. Aneh.
Hmmm... akhirnya kukatakan padanya bahwa apapun itu aku tak mau kalau dia malu bertemu denganku. Toh aku juga biasa seperti teman - temannya, yang membedakan mungkin caraku berpakaian. Kukatakan juga supaya dia tidak menilai diriku dari penampilanku. Karena aku masih berproses. Dia tak perlu memaksakan diri untuk berubah menyesuaikan diriku, begitu pula aku tak ingin berubah untuk menjadi temannya. Karena memang kita harus menjadi apa adanya diri kita. Selama niatnya lurus, untuk berteman. Bukankah semua orang didunia ini guru buat kita?
Baca Selengkapnya...

Kamis, 30 April 2009

My Daughter


Nin nemu gambar ini (nemu?) di kompinya mas tukang poto (Mas Nardlenk eh Nardi hehehhe). Niatnya sich... emang pengen cari foto-foto lucu gitu. gak taunya nemu mantan anak-anakku yang telah lama menghilang. Lihat gambar yang kupasang, aku jadi kangeen sekali dengan mereka. Tapi sayang, mereka hilang sewaktu aku tinggal kerja dulu. Padahal malamnya Qoirina dan Kirana tidur di pangkuanku.

Dari mereka juga aku jadi ingat dengan teman-teman yang jadi "korban" keusilanku. Dengan antusias mereka menyumbang nama padaku, seperti Mas Wi yang ngasih nama Lana (panjangnya sich Lana Fauzika), trus dia juga ngasih nama cowok cuma aku pengen mereka jadi kucing cewek (idiiih.... maksa), jadi nama Ziad Zain tidak masuk daftar.

Alhasil mereka mendapat nama cantik Qoirina (dari Mas Rudin), Kirana (nama ini mengingatkanku pada Dd' Kame), Praya (artinya apa ya? aku lupa, tapi ini dari aku sendiri sich), Kintan (Hehehehe... pasti dah pada tau), Lana (pemberian dari Mas Wi nee...), dan yang terakhir Quinta (ini dari Inoy Kinoy, yang katanya kalau kembar banyak kasih nama aja itu).

Gemes gak sich liat mereka, Kalau aku sich iya, apalagi kalau mereka masih baby, kaya' gambar di sebelah ini. Mata beningnya, wajahnya yang polos, yang kaya'nya belum tau apa-apa, yang masih suka penasaran dengan berbagai benda (apalagi benang), yang suka menarik-narik rokku, yang hobi berlari berebut mendekat padaku kalau aku pulang kerja, yang seneng aku usap2 kepalanya sampai mereka terkantuk-kantuk. Kaya' baby beneran. Jadi kangen sama mereka. Mudah-mudahan... mereka kalau masih hidup jadi kucing yang lucu dan gak disia-sia sama pemiliknya.
Kitty so cute...
Baca Selengkapnya...

Selasa, 28 April 2009

Tentang Hati

Perlahan
Kebisuan menjadi sebuah legenda
Tak tersadari
Kau jadikan jarum itu
Tertancap dalam bekunya hati
Kau terlupa masa yang tersisa
Wahai camarku, merpatiku
Seberapa besarkah arti sebuah makna bagimu?

Baca Selengkapnya...

P e R m A i N a n

Senyap....
Purnama mengintai menatap indah cahaya
Derik malam
Tambah haru jadi sepi diri

Terlelap....
Indah dunia dari mata pujangga
Terlelap....
Araku merana
Menawar ara berkait dosa

Lenyap....
Harapku lenyap terbawa senyap
Karena lenyap merpati kehilangan sayap
Karena hinanya cinta yang tersemai

Kini hilang seluruh asa
Sebab siluet senja

'thanks L-isa(SMAMTA)



Baca Selengkapnya...

Senin, 27 April 2009

Pengantin Gunung Kidul Masa' Kaya' Gini??



Cantik yaaa...
Nin dapat gambar itu dari brosur Romel's foto liputan candid manten yang dulu diselipin di tengah-tengah halaman harian Kedaulatan Rakyat. Kaya’nya sich gak ada yang bakal cuek kalau liat brosur itu, sekilas saja pasti sudah membuat orang tertarik. Gambarnya ada 4, satu yang aku pasang disini, satu lagi nyantol di FS ku, yang satu belum aku tampilkan dan satu lagi posenya berpasangan sedang menunjukkan cincin kawin (yang ini sengaja gak aku ambil soalnya bikin pengeeeeeeeeeen).
Kalau lagi di kamar gak bosen-bosennya aku liat mbaknya yang satu itu, habis cantik sich (sebenarnya sambil mikir juga "kapan ya.. aku bisa didandani kaya' gini?" hehehehhehe) Baca Selengkapnya...

Jumat, 24 April 2009

ALLAH SWT BAIK SEKALI

Allah sangat baik padaku
Dia selalu ada untukku
Dia sediakan 24 jam untukku
kapanpun aku mau

Allah sangat baik padaku
Dia tidak memberikan nasehat langsung
Tapi melalui peristiwa demi peristiwa dalam hidupku
Dari situ Allah mengajariku
Dari situ pula Allah membentuk karakterku

Allah sangat mengerti aku
Dalam diamku
Pada air mataku
Dia mengerti apa yang aku rasakan

Allah membelai lembut diriku
Dengan kasih sayang dari sesama
Dengan cinta dari saudara

Allah sumber kekuatanku
Allah mengasihiku dengan caranya
Tak mengapa semua menjauh dariku
Namun jangan Engkau, ya Allah...
Kumohon...
Pandanglah pendosa ini
yang merangkak menujuMu
Dan berharap Engkau berlari kepadaku
Baca Selengkapnya...

Kamis, 23 April 2009

Coretan Pagi Hari

Meski sampai sekarang bila aku membaca kembali tulisan-tulisannya, selalu saja ada rasa yang tak bisa aku ungkapkan (huuu, sok nyastra!). Lha piye? Mo cari kata lain juga gak ada, adanya stock lama (tak bisa aku ungkapkan). Kalau diterjemahkan dengan kata yang tidak tepat “hatiku meloncat” dibuatnya (wew!). Meloncat dalam artian bersemangat, jadi pengen ikut-ikutan nulis. Menciptakan pemahaman dan perenungan yang gak mutu. Setidaknya buat diriku sendiri kan lumayan (mengasah otak gitu maksudnya), pikiranku juga jadi gak cuma itu-itu saja, tetapi berkembang karena memperhatikan hal-hal kecil yang (nggak penting) tapi ternyata luar biasa untuk direnungkan. (ngomong apa see? Gak mudeng aku!).
So… kesimpulannya, I enjoy my feeling to him. Wekz! Bahasa Indonesianya tuch, aku menikmati apa yang selama ini aku rasakan untuknya. Meski rasa ini “ngambang”, gak jelas. Yang menjadi pertanyaan (ujian kali pake pertanyaan) adalah, apakah aku masih bisa menikmati rasa itu dan merasa nyaman ketika aku benar-benar berhadapan dengannya? (emangnya kamu siapa?) GR!
Iya ya… aku GR ya.
Babahin! Selama mimpi itu hanya mimpi….


Baca Selengkapnya...

Rabu, 22 April 2009

Berubah

Kekuatan bulan sabit... datanglah... Sailor moon! Mau berubah yang seperti Sailor Moon ini atau berubah seperti Ksatria Baja Hitam? Kalau itu nanti, karena berubah yang akan kita bahas disini bukan berubahnya pahlawan-pahlawan kartun seperti mereka.
Ide menulis ini muncul ketika salah seorang preman dari Kabupaten Bantul (disebut yang lengkap biar keren) yang sudah beberapa bulan terakhir ini berteman denganku. So far so good, mengaku sudah insaf, sudah bosen dengan maksiat, tapi... jujur atau tidak wallahu'alam. Aku juga tidak rugi kalau dia bohong, yang kuambil dari dia adalah ilmu, pelajaran. Bukankah semua orang di dunia ini guru?
kembali ke "berubah", senang rasanya ketika melihat seseorang yang tadinya preman, buaya (sekarang teteeeeeeeeeeppp... buaya hehehehhe), menyusahkan keluarga, meresahkan warga (entah kita kenal secara langsung maupun tidak) berubah menjadi
lebih baik.

Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam QS. Adz Dzariyat ayat 50-51:
Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. Dan janganlah kamu mengadakan Tuhan yang lain disamping Allah. Sesungguhnya Aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu.

Hal ini merupakan sikap taubat seorang hamba, yang menuntutnya untuk memperbaharui diri, kembali menata hidupnya, dan membina kembali hubungan Tuhannya secara lebih baik dan penuh konsekuensi. Sehingga tidak salah apabila aku katakan bahwa setiap orang harus berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Untuk berubah, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kita cermati (tidak mutlak harus mengikuti sich, karena ini sekedar panduan untuk memudahkan kita) karena semuanya memerlukan proses, maka berubahpun demikian.
1. Niatkan diri untuk berubah
Pernah dengarkan innamal 'amalu bin niat (mudah-mudahan nulisnya bener). Bukankah segala sesuatu itu diawali dengan niat, dengan kemauan. Biarpun banyak jalan menuju Roma, kalau tidak ada kemauan untuk ke Roma ya gak bakalan nyampe Roma. (karena niatnya mo ke Tanah Abang buat beli baju xixixixixi)

2. Cari alasan kuat kenapa kita harus berubah
Yaaa.... gitu dech, pokoknya harus ada alasan kenapa kita harus berubah (idiiiih... maksa) umumnya orang berubah karena ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik dari yang dia jalani sekarang. "masak, ya mau begini-begini terus to mbak..." begitu kata mas-mas yang aku ajak ngobrol waktu beli pulsa dulu.

3. jangan berubah karena orang lain
Ini yang selalu aku tekankan pada orang-orang yang mengenalku. Aku adalah orang yang jarang sekali menyuruh orang untuk berubah. kecuali dia meminta pendapat dariku. Bukan apa-apa, aku tak mau dia berubah karena aku (Idih... GR). Misalnya begini nich, si A adalah seorang pemabuk berat, suatu saat dia berjumpa dengan B. Dengan berjalannya waktu, si B meminta si A untuk merubah tingkah lakunya. Karena rasa cinta A kepada si B, si A pun menuruti kemauan si B. Lambat laun dia mulai berubah. Nah, disinilah letak kesalahan si A. Dia berubah karena keinginan si B. Pada saatnya nanti ketika si B sudah tidak dekat lagi dengannya, maka si A bisa saja kembali pada kebiasaannya yang dulu. (ya.. uhm... itu tergantung orangnya juga sich, tapi sepengetahuanku kebanyakan kasus seperti ini sering terjadi). hehehehe... mudah-mudahan yang baca bisa mengerti maksudku. Ngerti gak ngerti pokoknya kudu ngerti (tuch kaaaaaan... maksa lagi kan...).
Trus karena siapa donk? ya karena Allah Ta'ala lah... berubah karena Dia. untuk siapa? Untuk kebaikan diri kita sendiri. kedengarannya egois ketika aku sebutkan untuk diri kita sendiri. Memang demikian, untuk urusan berubah dari maksiat ke ma'rifat ya kita musti egois dikit. jangan mencintai bunga karena bunga akan layu, jangan mencintai... (lupa, tapi pernah dengar kata-kata bagus kaya' gitu). Nah.. artinya satu-satunya alasan kenapa kita musti berubah ya karena itu, Allah. karena bagaimanapun juga Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. kalaupun kita merasa demikian ya... itu karena kita yang menjauhiNya.

4. Berubah dari hal yang terkecil sedikit demi sedikit
merubah suatu kebiasaan yang sudah berlangsung lama memang tidak mudah. misalnya saja merokok, bangun pada jam-jam tertentu, dan sebagaiiiiiiinya. Solusi yang tepat adalah mengubah kebiasaan tersebut sedikit demi sedikit. Kalau sehari kita (eh bukan kita dink), seseorang menghabiskan rokok 2 bungkus yang jumlah keseluruhannya 24 batang. Bisa tuch, dikurangi satu batang. Satu minggu ini dikurangi satuuuuuuuuuuuuu batang aja. Minggu berikutnya ditambah lagi satuuuuuuuuuuuuuu batang. Demikian seterusnya.

5. Jangan berputus asa
Memang tidak mudah sich. Yang namanya teori tetap saja lebih gampang didengarkan daripada dipraktekkan. Tetapi kalau kebiasaan yang buruk saja bisa kita lakukan, pasti kebiasaan yang baik nantinya juga akan lebih mengakar pada diri kita. Betul kaaaaaaaaaan....... iya kaaaaaaaaaaaaaaan............ Ala bisa karena biasa (katanya sich gitu)

OK! selamat berubah! Semoga perubahan yang dilakukan hari ini adalah perubahan yang dapat membuat hidup kita menjadi jauh lebih baik. Amiiin....

Taken from: pikirannya orang yang suka maksa qeqeqeqe....
Baca Selengkapnya...

Selasa, 21 April 2009

Where Do You Go?


Ini tentang seseorang yang sangat baik (menurutku) bersahaja sekali. Seseorang yang sanggup menyimpan rasa dukanya, yang menutupi kegelisahannya dengan senyum tulus dan sabar.
Terakhir meminjamkan telinga, hati dan bahunya padaku kurang lebih 1 tahun yang lalu meskipun lewat saluran telepon. Kalau aku sedih dan putus asa, salah satunya yang aku ingat adalah orang ini. Dia termasuk orang-orang yang menaruh harapan besar padaku. Bukan harapan supaya aku sukses, kaya lantas membantunya. Tetapi harapan melihat aku bahagia.
Kalau dia seorang suami, aku yakin dia bakal jadi suami yang SIAGA (wah sampai segitunya). Karena dulu dia selalu SIAGA saat aku membutuhkannya. Dia juga tidak melarangku untuk menangis. Malah aku dimintanya untuk menangis sampai aku merasa lega. Setelah itu biasanya dia akan menyuruhku berkaca. melihat wajah jelek berhias mata sembab dan kusut.
Dia yang menangis haru ketika menerima tanda sayang dariku sebagai saudara. Dia yang aku kagumi karena "lugu" nya. Dia dan kebersahajaannya. ASNAWI.
kalau ada yang tahu, hubungi Nin ya...


Baca Selengkapnya...

Senin, 20 April 2009

Gerimis di Pagi Hari

Gerimis bukan menangis. Hanya mencoba menyentuh hijaunya rumput. Mengakrabkan diri dengan embun, salah satu cikal bakalnya air hujan. Menikmati rasa tergelincir dari kuncup - kuncup mawar. Dan membulat di ujung - ujung bunga desember. Gerimis bukan kesedihan. Melainkan kedamaian. Dia tak menghentikan kicauan burung atau kokok ayam. Gerimis adalah senyum dan tawa dari bocah - bocah desa yang berebut payung dengan saudaranya. Dari bapak - bapaknya yang duduk santai, memandang keluar sambil minum kopi. Gerimis berarti bagi bayi yang di peluk hangat oleh ibu. Gerimis adalah nyanyian alam. Satu dalam seribu nyanyian alam. Hanya mencoba membantu matahari untuk beristirahat sejenak.

Postingan ini adalah postingan lama dari blog-blog Nin terdahulu (emang punya berapa blog?). Gak tau, seneng aja dengan postingan yang satu ini, meski saat aku mempostingnya untuk kesekian kali pagi ini bukanlah pagi yang gerimis.


Baca Selengkapnya...

Minggu, 19 April 2009

Apa?

Jarang aku merasa menang. Seringnya aku merasa kalah. Kalah dengan keadaan, sampai akhirnya aku hanya menerima apa yang aku terima sekarang. Aku jalani (rasanya) tanpa ada usaha apapun untuk keluar dari keadaan seperti ini. Barangkali memang benar.
Rasanya terlalu istimewa bila sesuatu yang aku alami ini dinamakan ujian. Sementara imanku masih lemah, ilmuku masih terbatas dan amalku masih sedikit. Tak pantas aku menerima ujian-Mu Ya Rabb...
Sesungguhnya inilah caraMu untuk mendidikku, melatihku menjadi pribadi yang teguh hati dan mandiri. Wallahualam...


Baca Selengkapnya...

Jumat, 17 April 2009

uhmm... apa ya judul postingan hari ini? beberapa hari terakhir ini, semua rasa campur aduk dalam hatiku. saking campur aduknya aku sendiri tidak tahu dan tidak menghiraukannya. Asal ada kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran, itu sudah cukup menyenangkan buatku (meskipun kadang juga "manyun" karena capek). Maklum, pelanggan maunya sekali jadi, instan gitu. padahal bagaimanapun semua butuh proses. bikin mie instan aja pake proses. Sama satu hal, mereka juga gak pernah (atau mungkin lupa) kalau yang sering dimintai tolong itu juga manusia sama kaya' mereka. Onderdil tubuhnya sama, jadi juga punya batas kemampuan. Makanya kemarin aku nyeletuk "Aduh bu', mesin aja kalau butuh istirahat, apalagi saya manusia". Kena dech tu ibu. Mas bos cuma bilang "Nah, looooeeeeeeeeee..." hehehhe... piece bu...


Baca Selengkapnya...

Senin, 13 April 2009

Nukilan - Seseorang di Suatu Sudut-

Dan dia tak pernah menghadirkan lagi suara
Ingin kenal nama tak tahu muka
Semua acuh semua angkuh
Hanya karena dia
Seseorang di suatu sudut Baca Selengkapnya...

Minggu, 12 April 2009

???

Seseorang berkata "Kenapa tak mencobanya?". Perasaan bukanlah untuk coba-coba. Tak ada eksperimen cinta di sini, yang ada hanyalah benar-benar cinta atau tidak peduli. Karena lawan dari cinta bukalah benci, melainkan tidak peduli. Apakah cinta itu seperti bensin yang mudah menguap? Selayaknya besi yang akan berkarat? Persetan dengan itu semua. Bagiku sekarang cinta adalah bekerja dan bekerja, bergerak demi membunuh asa yang masih saja mencoba melenakan. Membuat lelah diri supaya tak ada waktu untukku menunggu kantuk dengan "berharap" pada sesuatu yang tidak akan pernah aku ijinkan lagi untuk singgah mengisi hariku.



Baca Selengkapnya...

Labels




litle_naoko

    © p e m i m p i. bLog by nin manis Pemimpi 2009

Back to TOP