Aku menamakannya Lek Khudori (meski kupanggil dalam hati). dialah kurasa yang kurang lebih 3 tahun ini kucari. Sosok seorang Lek Khudori. Mungkin aku terlalu muluk, terobsesi (atau entah apalah namanya) dengan novel karya Abidah El Qalielqy (Perempuan Berkalung Sorban). Tapi terlepas dari semua itu, ada perasaan yang benar - benar nyaman didalam hatiku. Sementara yang lain hanya atua aku menghormatinya seperti sebutan yang kupanggilkan untuknya. Bahkan tak pernah sekelumitpun kata terucap mewakili perasaanku (meski itu kuucapkan disaat aku sendiri).
Aku telah terikat apda seubah janji dengan seseorang, tapi aku bukanlah orang yang mudah memungkiri perasaan. Aku tak ingin melawan rasa. Kau tau? Aku begitu bahagia sekali ketika Lek Khudori'ku memberi kabar via sms, bahwa dia telah menemukan tambatan hatinya. Semalaman aku tak bisa tidur membayangkan wanita itu. Pastilah dia wanita pilihan, yang lembut, anggun, kaffah, serta kadar keimanannya sebanding dengan Lek Khudori'ku. Bagaimana mungkin aku bisa menyamainya? Tapi semalam aku menangis, aku takut kehilangan Lek Khudori'ku. Aku merasa akan semakin jauh dengannya, karena sosok Nisa disampingnya. Kubayangkan tak akan ada lagi manja - manja, isik - isik, ndepel - ndepel, huuugs... Nisa akan mencuri perhatiannya dariku.
Aku dengan sepenuh kesadaranku tahu. Bahwa apa yang aku rasakan ini bukanlah rasa yang sekedar rasa seorang wanita kepada lawanjenisnya. Sungguh tak mampu aku membayantkan bermesraan layaknya kekasih. Hal terindah yang kubayangkan bersamanya adalah ketika aku duduk dihadapannya atau disampingnya sambil mendengarkan nasehat - nasehatnya, menerima ilmunya, menikmati tatapannya yang teduh, berdebat kecil, bercerita tentang kesederhanaan. Rasioku kembali bergerak, bukankah dulu aku pernah memberikan solusi untuk kasus semacam ini pada salah satu adikku? Bahwa perasaan ini semata - mata adalah rasa takut kehilangan perhatian. Dan tentunya Waktulah yang akan menjadi penyembuhnya.
Lek Khudori'ku, bilakah waktu - waktu yang seperti dulu akan selalu jadi milikku?
Aku telah terikat apda seubah janji dengan seseorang, tapi aku bukanlah orang yang mudah memungkiri perasaan. Aku tak ingin melawan rasa. Kau tau? Aku begitu bahagia sekali ketika Lek Khudori'ku memberi kabar via sms, bahwa dia telah menemukan tambatan hatinya. Semalaman aku tak bisa tidur membayangkan wanita itu. Pastilah dia wanita pilihan, yang lembut, anggun, kaffah, serta kadar keimanannya sebanding dengan Lek Khudori'ku. Bagaimana mungkin aku bisa menyamainya? Tapi semalam aku menangis, aku takut kehilangan Lek Khudori'ku. Aku merasa akan semakin jauh dengannya, karena sosok Nisa disampingnya. Kubayangkan tak akan ada lagi manja - manja, isik - isik, ndepel - ndepel, huuugs... Nisa akan mencuri perhatiannya dariku.
Aku dengan sepenuh kesadaranku tahu. Bahwa apa yang aku rasakan ini bukanlah rasa yang sekedar rasa seorang wanita kepada lawanjenisnya. Sungguh tak mampu aku membayantkan bermesraan layaknya kekasih. Hal terindah yang kubayangkan bersamanya adalah ketika aku duduk dihadapannya atau disampingnya sambil mendengarkan nasehat - nasehatnya, menerima ilmunya, menikmati tatapannya yang teduh, berdebat kecil, bercerita tentang kesederhanaan. Rasioku kembali bergerak, bukankah dulu aku pernah memberikan solusi untuk kasus semacam ini pada salah satu adikku? Bahwa perasaan ini semata - mata adalah rasa takut kehilangan perhatian. Dan tentunya Waktulah yang akan menjadi penyembuhnya.
Lek Khudori'ku, bilakah waktu - waktu yang seperti dulu akan selalu jadi milikku?
"Semoga malam - malam, setelah berpisah, akan menyatukan kita dalam bayang - bayang rengkuhan itu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar